Minggu, 11 Juli 2021 17:04
digtara.com – Danau Toba sebagai danau vulcanik terbesar di dunia mempunyai nilai history yang panjang dalam peradaban manusia. Kawah gunung yang terbentuk dalam tiga kali letusan di tujuh puluh lima ribu tahun yang lalu. Warga Maluku Ekspedisi Keliling Danau Toba Naik Solu
Danau Toba yang pada tahun lalu dinobatkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia caldera geopark, menjadikan danau vulcano terbesar sebagai warisan dunia yang wajib dilestarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan dunia.
Banyak wisatawan lokal bahkan mancanegara yang berkunjung, ada beberapa dari mereka yang menjadikan danau Toba sebagai kunjungan wisata budaya, pendidikan, petualangan dan bisnis di bidang pariwisata.
Selain pemandangannya yang indah Danau Toba juga membuat para wisatawan betah berlama-lama. Sudah banyak wisatawan yang melakukan perjalanan ekspedisi di Danau Toba , ada yang menggunakan sepeda, sepeda motor trail, kayak dan solu.
Komar Buton atau yang biasa dipanggil Marco asal Desa Wamlana Kabupaten Buru, Maluku, alumni perguruan tinggi MPU Tantular yang berada di Jakarta , saat ini sedang melaksanakan ekspedisi lingkar luar Danau Toba menggunakan perahu Solu.
Solu adalah perahu kecil sebagai alat transportasi yang biasa digunakan oleh penduduk di sekitaran Danau Toba. Marco juga sebagai penggiat olahraga dayung di salah satu komunitas pecinta alam UMTALA 1988.
Ia juga pernah menangani operator wisata arung jeram yang berada di desa Cianten Bogor Jawa Barat. Ekspedisi yang bertajuk ekspedisi SOLO SOLU TAO TOBA NAULI 2021 lingkar luar danau Toba, dengan kegiatan XPDC ini telah melakukan ekspedisi selama 41 hari.
Perjalanan yang ditempuh mulai 1 juni diperkirakan selesai pada 20 juli 2021. Ekspedisi ini melewati 16 desa yang berada di pesisir danau Toba berjarak 300 km.
Solu (perahu) biasanya digunakan sebagai transportasi penduduk lokal dan berguna untuk transportasi pencari ikan di seputaran danau Toba.
Marco menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu informasi kepada khalayak luas dengan skala potensi yang sangat kompleks, yakni mempromosikan Solu sebagai wahana wisata air dan juga melestarikan budaya bahari yang ada di danau Toba dan Indonesia.
“Dalam ekspedisi ini juga bertujuan mengumpulkan data potensi destinasi wisata yang berada di seputaran danau Toba serta menggali nilai-nilai luhur adat istiadat masyarakat Danau Toba. Selain itu, mengkampanyekan kelestarian lingkungan yang ada di danau Toba,” ujarnya.
Ditambahkannya, dalam ekspedisi ini, Marco mencari pemutakhiran data kondisi perairan danau Toba terkini serta memecahkan rasa penasarannya melihat langsung karakter masyarakat Danau Toba.
“Saya sangat kaget saat berbaur dengan masyarakat di Danau Toba, ternyata karakternya sangat berbeda dari yang saya dengar di masyarakat luas di luar Toba , masyarkat disini sangat ramah dan alamnya yang sangat indah,” ungkapnya.
Marco mengajak masyarakat di seputaran Danau Toba untuk selalu menjaga kearifan lokal dan menjaga kelestarian alam. “Ini anugerah dari Tuhan,‘’ tandasnya.
Dalam perjalanan ekspedisi ini, Marco didukung oleh komunitas dayung
PODSI Kabupaten Toba, penggiat wisata kayak dan seluruh penduduk yang
berada di pinggiran Danau Toba.
0 Komentar